Communicative Language Teaching


COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING


A.      Latar Belakang
Communicative Language Teaching (CLT) dikembangkan sejak tahun 1960 di Britania. CLT merupakan suatu metode pengajaran bahasa yang merupakan pengembangan dari metode-metode sebelumnya seperti SLT dan AudioLingual. Salah satu ciri utama dari CLT adalah adanya kombinasi antara aspek-aspek bahasa secara fungsional dan struktural. Secara struktural, CLT menekankan pada sistem grammar sedangkan fungsional menekankan pada peng-gunaan bahasa itu.
CLT juga menekankan pada situasi, misalnya dalam situasi yang bagaimana suatu tuturan diucapkan. Dalam CLT terdapat berbagai kemampuan berbahasa yang terintegrasi (integrated skills) yang mencakup kemampuan reading, writing, listening, speaking, vocabulary, dan grammar. Jadi, melalui CLT ini para pembelajar bahasa asing diharapkan dapat menguasai atau terampil berbahasa, tidak hanya menulis tetapi juga berbicara dan tentunya dengan tata bahasa yang benar.

B.       Pendekatan
Pendekatan komunikatif pada CLT didasari pada teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Yang ingin dicapai pada metode ini menurut Hymes (1972) adalah communicative competence, sedangkan menurut Chomsky teori bahasa itu fokus pada bagaimana kemampu-an speaker memproduksi bahasa.
Pendekatan  pengajaran ini berusaha agar kejadian real di masyarakat dapat masuk ke dalam kelas.  Dengan demikian  peserta didik dapat melihat dan mempraktikkan situasi real yang dimaksudkan. Contoh, dalam kelas bahasa, percakapan untuk membeli baju di sebuah toko menjadi sebuah kenyataan.  Artinya kelas tersebut sejauh mungkin dapat diubah seakan-akan menjadi toko mini, di mana peserta didik dapat melihat baju dan bertemu dengan seorang pedagang

C.      Desain
1.      Model Silabus
National syllabus yang menentukan kategori-kategori semantic-grammatical (frequency, motion, location) dan kategori-kategori dari fungsi komunikatif yang siswa akan ekspresikan.
2.      Aktivitas
Kegiatan belajar dikembangkan dengan  mengarahkan pembelajar ke dalam komunikasi nyata. Pembelajar dituntut pula untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya.
3.      Peranan Guru, Siswa, dan Materi
Pada metode pembelajaran ini, guru menfasilitasi komunikasi kepada siswa yang bertindak sebagai communicator. Guru bisa menyediakan materi berupa realiaty dan authentic material agar pembelajaran menjadi lebih komunikatif. Dalam CLT ini, siswa akan mendapatkan banyak kesempatan untuk mempraktekkan bahasa target mereka. Siswa menggunakan bahasa target untuk belajar dan belajar untuk mengaplikasikannya.

D.      Prosedur
a.       Pembelajaran dimulai dengan penyajian dialog singkat atau dialog mini.
b.      Kemudian dilanjutkan dengan praktek lisan (pengulangan) setiap ucapan bagian dialog yang disajikan pada hari itu.
c.       Selanjutnya pelajaran dikembangkan dengan pengajuan pertanyaan dan jawaban-jawaban tetap berdasarkan topic-topic dialog dan situasi yang ada.
d.      Guru dan murid menelaah dan mengkaji salah satu ekspresi komunikatif dasar dalam dialog itu atau salah satu struktur yang menunjukkan fungsi tersebut.
e.       Kegiatan-kegiatan produksi lisan bergerak maju dari kegiatan terpimpin menuju kegiatan komunikasi yang lebih bebas.
f.        Setelah kegiatan latihan lisan, siswa menyalin dialog-dialog dalam bentuk teks.
g.      Sebelum pembelajaran berakhir guru memberikan pekerjkaan rumah.
h.      Evaluasi pembelajaran hanya dalam bentuk pertanyaan lisan.

E.       Kelebihan
a.       Siswa termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran, langsung dapat berkomunikasi dengan bahasa target.
b.      Suasana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi antar pelajar dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup tinggi, sehingga tidak membosankan


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Integritas yang dimiliki seseorang

Curat Coret Sekilas Tentang Cinta